TERHUBUNG, TERGUNCANG, TAPI TAK TUMBANG: RESEP SUPPLY CHAIN TANGGUH DI DUNIA TANPA KEPASTIAN



Oleh : Prof. Dr. Ir. Agus Purnomo, M.T., CMILT.
Guru Besar Supply Chain Management - ULBI

Di tengah ketidakpastian yang semakin besar di era globalisasi, kita seringkali merasa yakin bahwa rantai pasokan (supply chain) akan tetap berjalan lancar. Namun, kenyataannya sangat berbeda. Data terbaru menunjukkan bahwa hampir 60% perusahaan di seluruh dunia mengalami gangguan dalam rantai pasokan mereka akibat bencana alam, pandemi, atau serangan siber dalam beberapa tahun terakhir. Bagaimana sebuah perusahaan dapat bertahan dalam situasi yang tidak terduga seperti ini? Jawabannya adalah dengan membangun rantai pasokan yang tangguh (resilient supply chain).

Rantai pasokan yang tangguh bukan hanya tentang pemulihan cepat setelah gangguan. Ini adalah tentang kemampuan untuk mengantisipasi, mempersiapkan, dan merespons dengan cerdas terhadap segala ancaman yang muncul, baik itu bencana alam, krisis ekonomi, atau serangan siber yang menghancurkan sistem operasional. Di dunia yang semakin saling terhubung dan dinamis, sebuah gangguan kecil di satu bagian dunia dapat memengaruhi seluruh proses produksi global. Itulah mengapa ketahanan rantai pasokan menjadi krusial bagi kelangsungan operasional dan keberlanjutan bisnis.

Gangguan yang dapat merusak rantai pasokan tidak hanya berasal dari faktor alam atau ekonomi. Pandemi COVID-19 adalah contoh nyata betapa rapuhnya rantai pasokan dunia kita. Lockdown, pembatasan perjalanan, dan pembatalan produksi massal menyebabkan gangguan besar pada distribusi barang dan tenaga kerja. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh McKinsey, lebih dari 50% perusahaan global mengalami penurunan pasokan bahan baku dan kesulitan dalam memenuhi permintaan pelanggan. Krisis ini memperlihatkan betapa pentingnya perusahaan untuk memiliki strategi yang fleksibel dan dapat beradaptasi dengan perubahan mendadak.

Namun, bukan hanya bencana alam atau pandemi yang mengancam kelangsungan rantai pasokan. Ancaman digital, seperti serangan siber, telah menjadi masalah yang semakin meresahkan banyak perusahaan. Dalam beberapa tahun terakhir, lebih dari 40% perusahaan global menjadi korban serangan siber yang merusak data penting dan menghentikan operasional mereka. Keamanan sistem dan teknologi informasi kini menjadi bagian tak terpisahkan dari ketahanan rantai pasokan. Tanpa adanya infrastruktur digital yang kuat, perusahaan akan rentan terhadap potensi gangguan yang dapat menyebabkan kerugian besar.

Selain itu, faktor-faktor geopolitik seperti perang dagang, ketegangan politik, dan perubahan kebijakan perdagangan global juga semakin memengaruhi stabilitas rantai pasokan. Ketegangan antara negara besar seperti Amerika Serikat dan China misalnya, telah menyebabkan gangguan besar dalam aliran barang dan bahan baku. Selain itu, krisis ekonomi global yang berkepanjangan dapat menekan pemasok untuk bertahan, menyebabkan ketidakstabilan pasokan dan tekanan finansial bagi banyak perusahaan.

Lalu, bagaimana cara menghadapinya? Jawaban yang paling jelas adalah dengan memperkuat ketahanan rantai pasokan. Salah satu pendekatan yang semakin banyak diterapkan adalah diversifikasi pemasok. Tidak bergantung pada satu pemasok atau satu wilayah dapat membantu perusahaan mengurangi risiko yang terkait dengan gangguan di area tertentu. Misalnya, perusahaan yang mengandalkan satu negara untuk pasokan bahan baku tertentu dapat mulai mencari pemasok alternatif dari negara lain untuk mengurangi risiko ketergantungan.

Namun, diversifikasi saja tidak cukup. Perusahaan juga perlu berinvestasi dalam teknologi yang dapat meningkatkan visibilitas dan transparansi seluruh rantai pasokan. Dengan menggunakan sistem manajemen rantai pasokan berbasis teknologi digital, perusahaan dapat memantau pergerakan barang, bahan baku, dan informasi secara real-time, serta merespons dengan cepat jika ada gangguan. Selain itu, teknologi dapat membantu dalam mengelola risiko yang terkait dengan fluktuasi harga bahan baku dan perubahan permintaan pasar.

Mengap harus green resilient supply chain?

Konsep green resilient supply chain atau rantai pasokan yang tangguh dan ramah lingkungan kini menjadi sangat penting di tengah ancaman perubahan iklim dan krisis lingkungan yang kian mendalam. Ini bukan hanya tentang melindungi bumi, tetapi juga tentang bagaimana perusahaan mempersiapkan diri untuk menghadapi risiko yang ditimbulkan oleh dampak lingkungan. Dengan mengintegrasikan keberlanjutan dalam setiap tahap rantai pasokan—seperti mengurangi emisi karbon, mengoptimalkan penggunaan sumber daya, dan menerapkan pengelolaan limbah yang efektif—perusahaan dapat meningkatkan ketahanan mereka terhadap gangguan yang diakibatkan oleh bencana alam atau perubahan iklim yang ekstrem. Selain itu, pendekatan ini juga memberi perusahaan keunggulan kompetitif dengan membuat mereka lebih fleksibel dan siap bertahan dalam situasi tak terduga. Dengan kata lain, membangun rantai pasokan yang ramah lingkungan tidak hanya mendukung pelestarian alam, tetapi juga memastikan kelangsungan bisnis jangka panjang di tengah ketidakpastian global.

Keberlanjutan kini bukan lagi sekadar tren, tetapi menjadi kebutuhan jangka panjang untuk memastikan bahwa rantai pasokan tidak hanya tangguh dalam menghadapi gangguan, tetapi juga dapat bertahan dalam jangka panjang. Menurut penelitian oleh Yun (2023), perusahaan yang mengadopsi praktik rantai pasokan berkelanjutan (Sustainable Supply Chain Management) memiliki keunggulan kompetitif yang lebih baik dan lebih mampu bertahan di tengah krisis.

Dengan demikian, rantai pasokan yang tangguh bukan hanya tentang mengelola risiko yang ada, tetapi juga tentang membangun sistem yang dapat bertahan dalam menghadapi ketidakpastian global. Dengan mengadopsi teknologi yang tepat, mendiversifikasi pemasok, dan mengintegrasikan prinsip keberlanjutan, perusahaan dapat memastikan kelangsungan operasional mereka meskipun di tengah ancaman yang terus berkembang. Untuk itu, saatnya bagi setiap perusahaan untuk mulai berpikir jangka panjang dan membangun rantai pasokan yang tidak hanya kuat, tetapi juga berkelanjutan.

 S2 MANAJEMEN LOGISTIK - https://admission.ulbi.ac.id/s2-magister-manajemen-logistik/
#Logistik; #Logistics; #Supply Chain Management; #Green Resilient Supply Chain; #Resilience; #Sustainability; #Rantai Pasok

© ‧ Universitas Logistik dan Bisnis Internasional (ULBI). All rights reserved.

Template Blogger Indonesia